Pages

Plurk

Monday, July 19, 2010

The Mongols (1206-1405)

Ekspansi paling besar dan paling sukses didunia tidaklah dipimpin oleh seorang raja yang bergelimang harta dan berdarah ningrat, namun oleh seorang pengelana.

Bangsa Mongol merupakan kaum nomaden di stepa Asia Tengah. Mereka adalah pasukan tangguh yang berperang demi lahan ternak dan menjarah bangsa berkembang di timur dan selatan. Antara 1155 dan 1167, seorang anak dari pemimpin suku Borjigin lahir. Temuchin, nama yang diberikan padanya, merupakan nama seorang pemimpin Tatar yang baru dibunuh. Ia lahir menggenggam darah yang menggumpal, tanda kekuasaan dan keagungan di masa depan.

Temuchin hidup dalam masa yang keras. Saat ayahnya tewas, ia mengambil alih posisi sebagai kepala keluarga. Ia ikut menjarah dan berperang melawan suku lain. Ia sendiri memiliki reputasi sebagai orang yang berbahaya, setelah menghabisi saudaranya sendiri karena suatu masalah. Ibunya sendiri berkata: "Selain bayanganmu, kau tak punya teman"

Temuchin berambisi besar, dan untuk itu ia bersekutu dengan ketua suku kerait: Togrul Khan. Bersama mereka menghancurkan suku Tatar, dan menghajar suku Naiman.

Temuchin dan Togrul Khan akhirnya berseteru. Temuchin mundur sampai ke perbukitan, lalu kembali dan menghancurkan pasukan Togrul Khan. Togrul Khan sendiri mencoba lari dan bersembunyi, namun dibunuh orang yang tidak mengenalnya. Kini Temuchin, setelah mengalahkan semua ketua suku lainnya, menjadi pemimpin tunggal suku Mongol. Ia kembali mengabisi suku Naiman, dan kemenangannya pun selesai

Pada masa inilah Genghis Khan lahir: Pemimpin Samudra, sang penguasa tertinggi. Belum pernah bangsa Mongol bersatu dibawah satu pemimpin tunggal, karena belum pernah ada yang cukup tangguh. Genghis Khanlah pengecualiannya. Ia mengumpulkan 25 ribu bala tentara dan mencoba menjarah Cina, ia menyerang Cina Utara pada 1211. Tahun 1215 ia merebut Beijing dalam penyerbuan yang merenggut nyawa 30 juta rakyat Cina. Ia melirik daerah barat, dan bangsa Mongol memulai serangkaian penyerbuan mengikuti jejak tapal kuda bangsa Hun, kakek moyang mereka seribu tahun yang lalu, mengukir kekaisaran terbesar yang pernah ada di dunia.

Tahun 1220 Mongol merebut Bukhara di Jalur Sutra, penduduknya dibantai dan kotanya dibakar

Bangsa Mongol menyelimuti Asia bagaikan bayangan. Mereka menguasai daerah Transoxania (kini Afghanistan dan sekitarnya), meski akhirnya kalah dari Jalal al Din. Bangsa Mongol mencapai daerah Georgia dan India Utara. Pada musim dingin 1222, Genghis Khan kembali ke Mongolia dan kembali memandang Cina, namun dalam suatu insiden pada 1227 ia terjatuh dan menderita luka parah. Ia meninggal beberapa hari kemudian, setelah memastikan anak ketiganya Ogedei akan mewarisi kekaisaran yang dibangunnya dengan darah. Genghis Khan sendiri pernah berkata: "Anak cucuku akan makan dari piring emas, sementara aku tinggal di tenda kecil. Dan mereka takkan ingat siapa yang memulainya". Ia dikuburkan di stepa Mongolia, dan seribu pasukan berkuda melewati makamnya hingga tersembunyi dengan sempurna oleh alam sendiri.

Di masa keemasannya, bangsa Mongol menyelimuti Korea, menyebrangi Asia hingga ke Rusia bagian Eropa sampai ke pesisir Laut Baltik, juga Asia Kecil, daerah Irak, Afghanistan, Pakistan, Tibet, sebagian India, sebagian Burma, seluruh Cina, dan sebagian Vietnam

Ogedei melanjutkan misi ayahnya dan menghancurkan Kiev pada 1240. Saat Ogedei meninggal pada 1241, seluruh pasukan pulang untuk mengurus masalah penerusnya. Eropa selamat karena bangsa Mongol terfokus pada Timur Tengah dan Cina selatan. Hulagu, cucu Genghis Khan, menghancurkan sekte Assassin Muslim dan merebut Baghdad tahun 1258, sebagian besar dari 100 ribu penduduknya dibantai. Tahun 1260 pasukan mameluke dari Mesir mengalahkan Mongol di daerah Israel kini, dan Mongol mundur dari Timur Tengah

Kublai Khan, cucu Genghis yang lain menyelesaikan pendudukan Cina pada 1279 dan memulai dinasti Yuan. Serangan terhadap Jepang pada 1274 dan 1281 semua gagal. Tahun 1294 Kublai Khan meninggal dan kekuasaan Mongol mulai melemah di Asia dan daerah lain. Tahun 1368 dinasti Yuan digulingkan oleh dinasti Ming

Sekitar tahun 1370, seorang prajurit Mongol-Turki yang mengaku keturunan Genghis Khan menjadi pemimpin Mongol di Asia Tengah dan maju untuk memulihkan Kekaisaran Mongol, namanya adalah Timur Leng (Timur "the Lame" atau Tamerlane bagi masyarakat Eropa, dan Pangeran Kehancuran bagi masyarakat Asia). Dengan pasukan berkuda berjumlah 100 ribu orang, ia menyapu Rusia dan Persia. 1398 ia merobohkan Delhi, dan 100 ribu penduduk dibantai. Ia maju ke barat dan menghancurkan pasukan mameluke Mesir di Siria. 1402 ia menghancurkan pasukan Turki Ottoman di daerah Ankara kini. Tinggal sedikit lagi sampai Kesultanan Ottoman runtuh, ia pulang. Saat menuju Cina tahun 1405, ia meninggal dan sekali lagi bangsa Mongol memudar.

Justify FullMongol Army

Bangsa Mongol mempelajari cara menunggang kuda dan memanah dengan busur komposit sejak dini. Untuk urusan berburu dan berperang, tiap pria sehat dibawah 60 tahun wajib ikut. Angkatan bersenjata bangsa Mongol terdiri atas seluruh pria dewasa yang ada.

Mereka berperang dibawah kedisiplinan tinggi. Harta jarahan dikumpulkan secara bersama. Hukumannya mati bagi mereka yang meninggalkan rekan dalam pertempuran. Kedisiplinan yang tinggi digabung dengan kepemimpinan, pengumpulan informasi, dan penyatuan yang baik menjadikan bangsa Mongol dari massa kavaleri menjadi angkatan bersenjata sejati

Pasukan Mongol dibagi dalam jumlah desimal, 10, 100, 1.000, dan 10.000. Angka ini sulit dicapai karena kematian dan serangan terus menerus. Unit 10 ribu orang merupakan unit yang besar, setara dengan divisi di zaman modern, mampu bertempur sendiri. Unit 100 orang kira-kira setara dengan regimen modern. Suku
Mongol awalnya membentuk sendiri unit 100 orang mereka. Suku yang dikuasai seperti Tartar dan Merkit dipecah dan dimasukkan dalam unit yang berbeda-beda agar tidak memiliki kesempatan melawan penguasa. Pasukan Mongol awalya tidak menerima upah, hanya hasil jarahan. Saat upaya penguasaan mulai melambat, sistem pembayaran diciptakan, petinggi militer dapat mewariskan posisi mereka.

Bangsa Mongol memiliki pemanah berkuda yang menembakkan busur komposit dari atas pelana kuda. Yang terbaik dari pasukan ini disebut mangudai, dan memanfaatkan berbagai taktik cerdik untuk menghabisi musuhnya. Mereka memanfaatkan berbagai tipuan dan perangkap untuk melemahkan pasukan berkuda musuh dan menembaknya sampai habis. Pasukan yang lebih lambat dapat dihabisi langsung tanpa banyak resiko. Musuh menjadi lelah dan lemah tanpa sempat menggapai mangudai yang licin. Pasukan lain seperti infanteri dan kavaleri berat didapat dari bangsa yang dikuasai. Untuk urusan senjata serbu semacam trebuchet, diserahkan kepada ahlinya yang didapat dari Cina dan Timur Tengah

Tiap prajurit Mongol maju dengan sekitar 5 kuda, sehingga bisa berganti kuda dengan cepat. Tidak ada pasukan yang mampu bergerak lebih cepat dari Mongol hingga munculnya teknologi mekanik pada abad ke 20.

Mongol Tactics

Bangsa Mongol bergantung pada kekuatan, kecepatan, dan reputasi berbahaya yang disematkan pada mereka. Semua musuh mereka bergerak lebih pelan dan hati-hati. Pasukan Mongol mencari kesempatan memecah mereka dan menghabisi mereka dengan tembakan yang banyak dan cepat. Mereka mencoba mengepung atau mengitari dan mendapat keuntungan dalam segi jumlah. Kuda pasukan berkuda dilumpuhkan dan musuh terpaksa turun, sehingga menjadi lebih lemah.

Pasukan Mongol kalah dari terjangan kavaleri berat, jadi mereka terus menghindar sampai musuh kelelahan akibat terjangan yang sia-sia. Mongol yang diburu berbalik dan menjadi pemburu. Mereka amat ahli dalam urusan perangkap dan menyergap.

Bangsa Mongol memanfaatkan teror secara optimal. Bila penduduk suatu kota dibantai setelah diduduki, kota berikutnya akan lebih mungkin untuk menyerah tanpa perlawanan. Ini terbukti nyata, satu demi satu kota menyerah begitu mendengar entakan kuda bangsa Mongol.

Mameluke

Mameluke merupakan prajurit budak bangsa Arab, sama seperti janissary (bangsa Arab dulu rupanya banyak memanfaatkan budak). Mereka merupakan budak yang dilatih secara militer. Dulu sesama bangsa Islam tidak boleh saling berperang. Budak militer yang tidak bergama tidak tergapai oleh hukum Islam, sehingga bisa bertarung tanpa masalah. Pasukan Mameluke terlatih dengan baik dan termotivasi untuk bertarung. Pasukan mameluke dari Mesir berhasil mengusir pasukan Mongol yang berbahaya dari sungai Nil dan Afrika Utara

Huns (408 - 453)

Bangsa Hun adalah masyarakat nomaden dari Mongolia di Asia Tengah yang mulai bermigrasi ke barat pada abad ke-3, kemungkinan karena perubahan iklim. mereka adalah masyarakat berkuda dan amat ahli dalam urusan pertempuran berkuda, baik dengan tombak maupun panah. Mereka bermigrasi bersama kerabat, ternak, dan kuda mereka untuk mencari padang rumput baru sebagai lahan ternak. Karena kemampuan tempur dan kedisiplinan mereka, bangsa Hun mampu melibas semua didepan mereka. Mereka bermigrasi sementara bangsa lain pindah dari jalur mereka. Efek domino ini mencapai kota tangguh Konstantinopel dan Kekaisaran Romawi Timur sampai ke Sungai Danube dan Rhine, hingga akhirnya menghancurkan Kekaisaran Romawi Barat pada 476

Bangsa Huns menetap di dataran Hungaria d Eropa Timur di ota Szeged dekat Sungai Tisza. Mereka mereka memerlukan lahan yang besar guna menyediakan rumput bagi kuda dan ternak lainnya. Dari area ini bangsa Hun melakukan ekspansi sampai membentang dari Pegunungan Ural hingga ke Rusia dan Sungai Rhône di Prancis

Bangsa Hun ahli dalam hal menunggang kuda dan berlatih sejak kecil, dan banyak yang percaya mereka menemukan stirrup, tempat pijakan kaki yang dipasang di sisi pelana yang amat penting guna meningkatkan kemampuan tempur. Mereka menakutkan karena kecepatan mereka, mereka berganti kuda beberapa kali sehari sehingga dapat mempertahankan kecepatan mereka. Kelebihan lain adalah busur komposit mereka yang labih baik ketimbang senjata apapun di Barat. Dengan pijakan kaki, mereka bisa berganti posisi di atas kuda sesuka hati: melihat ke depan, berbalik ke belakang, atau menengok ke kiri dan kekanan sambil menembak tanpa masalah jatuh. Taktik mereka termasuk serangan kilat dan tiba-tiba sambil memanfaatkan ketakutan dalam hati sasaran. Bangsa Hun merupakan pasukan kavaleri ringan dan struktur politik mereka memerlukan pemimpin yang kuat agar tetap bersatu

Puncak kemakmuran bangsa Hun dicapai di masa kepemimpinan Atilla, yang memimpin Hun sejak 433 dan memulai serangkaian penjarahan ke selatan Rusia dan Persia. Atilla bukanlah pemimpin yang dipilih oleh masyarakat Hun, ia hanyalah orang terkuat dalam masyarakatnya, dan mendapat kekuasaan karenanya. Ia kemudian berpaling ke daerah Balkan dan menebar kerusakan dan teror sampai dibayar agar pergi. Tahun 450 ia maju ke Kekaisaran Romawi Barat, menyebrangi Sungai Rhine di utara Mainz dengan sekitar 100 ribu prajurit dan menjatuhkan sebagian besar kota yang ada di Prancis utara. Jendral Romawi Aetius membangun pasukan Gallo-Roman dan bertempur melawan Atilla, yang sedang menggempur kota Orleans. Dalam pertempuran di Chalôns, Atilla kalah, walau tidak hancur.

Pertempuran di Chalôns dianggap salah satu pertempuran yang penting, pertempuran yang dapat berarti jatuhnya agama Kristen di Eropa barat dan mungkin dominasi masyarakat Asia terhadap Eropa

Atilla menyerang Italia dalam upaya mencari jarahan baru. Sementara dia maju ke Italia, penduduk mengungsi ke kepulauan di lepas pantai, membentuk kota Venesia. Meski pasukan Romawi habis dan pasukan utama mereka masih di Gaul, pasukan Hun juga melemah karena pertempuran terus menerus, penyakit, dan kelaparan di Italia. Setelah bertemu dengan Paus Leo I, Atilla memutuskan untuk pulang, entah apa yang dikatakannya waktu itu

Pada 453 Atilla meninggal akibat mimisan berlebihan, dan bangsa Hun terpecah karena pemimpin yang kurang tangguh. Mereka yang dulu ditundukkan memberontak dan pihak-pihak dalam bangsa sendiri saling bercekcok demi kekuasaan. Akhirnya bangsa Hun lenyap dalam gelombang penjajah baru seperti bangsa Avar dan lenyap dari sejarah.

Repost From: http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=39484

No comments:

Post a Comment